26 Februari 2012, akhirnya kami resmi menjadi pasangan suami istri
Sejujurnya ada ketakutan sendiri dalam benak
saya. Tentang bagaimana nanti kehidupan saya yang seatap dengan mertua. Mungkin
karena saya mulai tersugesti dengan cerita-cerita kebanyakan. Bahwa menantu
perempuan itu akan selalu bermasalah dengan ibu mertuanya. So, saya awali hari
pertama kali tinggal seatap bersama mertua dengan perasaan was-was.
foto bareng Ibu (biru) dan mama (pink)
Hari pertama, sedikit shock terapi, why? Saat
sedang duduk bertiga (saya, suami & mertua), tiba-tiba mertua berkata “jadi
sekarang dia tanggungjawabmu lho, kamu cuci bajunya, setrikain dan masakin”.
Dhhuuueeerrr, saya langsung tertohok. Kenapa tertohok? Entahlah, menurut saya
tanpa diberitahu pun saya tau, apa kewajiban saya sebagai seorang istri. Sempat
ngambek juga ke suami, bahkan belum-belum saya sudah minta pulang ke rumah mama
(lebay y?). Suami saya, seperti biasa kesabarannya mampu mendamaikan hati saya.
Hmmm, sejujurnya saya dan suami itu adalah pribadi yang sangat bertolak
belakang. Saya orang yang suka banyak berbicara dan cenderung emosional,
sementara dia orangnya pendiam dan selalu tenang dalam setiap keadaan (i love u
darl,, J ).
arif, my lovely husband,,,,
Hari ketiga setelah pernikahan barulah saya memasak
untuk suami. Menu pertama yang saya buat adalah tumis cumi asam pedas. Ibu
(mertua) tidak tau kalau saya memasak. Maklum
saya masaknya malam, saat beliau sudah tidur. Klo pagi dapur adalah teritorial
kakak ipar saya, saya tidak mau mengganggunya. Makanya saya masaknya malam.
Masakan kedua yang saya buat adalah tumis
tempe petai. Sengaja cuma masak tumis, karena itu yang paling praktis dan tahan
lama. Saya hanya bisa masak malam, jadi wajar klo harus pintar-pintar pilih
masakan yang masih tahan untuk besok. Kali ini Ibu tau saya memasak, dan
sedikit complain karena menurut
beliau saya terlalu banyak memakai minyak goreng. Dan lagi-lagi saya
tersinggung.
Hari jum at, suami ijin tidak masuk kerja. Karena
dia libur saya memintanya untuk diantar ke pasar. Menu saya kali ini adalah
sayur asam, pindang tumis cabai hijau dan tempe goreng. Dan begitu saya sampai
rumah ibu sudah menunggu saya di dapur. Awalnya agak canggung, karena saya
tidak bisa kalau masak dibantu orang lain, apalagi oleh mertua, bikin grogi. Tapi
tentu saja saya tidak mungkin mengusir beliau dari dapurnya sendiri. So akhirnya
kami memasak berdua. Hasilnya masakan matang lebih cepat (ya tentu lha, kan
kokinya ada dua).
Mulai saat itu ketakutan saya akan tindakan
ibu mertua terhadap menantunya berangsur hilang. Saya merasa berterimakasih
memiliki mertua seperti ibu. Beliau selalu ingin membantu pekerjaan saya
sebagai seorang istri. Perhatiannya sangat luar biasa. Bahkan mungkin terlalu
berlebihan, sehingga membuat saya merasa tidak enak. Saya takut ibu sakit
akibat kecapekan membantu saya.
Keseokan harinya saya sengaja bangun
subuh-subuh, mau goreng ayam soalnya. Namun betapa kagetnya saya ketika di
dapur saya lihat Ibu sudah menggoreng ayam. Aduh.., saya jadi tambah nggak
enak. Saya mengadu ke suami tentang apa yang ibu lakukan. Kata suami, biarkan
saja selama kita tidak meminta ibu,
selama beliau melakukan atas kehendaknya sendiri.
Hari-hari selanjutnya, masih seperti kemarin. Ibu
masih banyak membantu saya memasak. Saya mulai menjalani hubungan mertua – menantu
dengan aura yang lebih positif. Tidak ada lagi rasa was-was punya mertua galak.
Hari ini saya semakin merasa tidak enak pada
Ibu. Saya kaget kenapa ibu memasak, saya terharu mendengar jawabannya “kalau
nggak masak nanti kamu makan apa”. Hari ini rencananya saya memang nggak masak
yang aneh-aneh, karena kata suami belanjanya ntar sore saja. Rencananya mau
masak mie telor cabai hijau dan goreng nugget ayam. Tapi mungkin ibu tidak tau
rencana saya sehingga beliau memasak, karena khawatir tidak ada yang bisa saya
makan.
Siangnya, ibu memberi tahu kalau saya kurang
bersih mencuci seragam suami. Hmm, jadi malu karena ternyata masih ada noda
yang belum hilang. Pemberitahuan dari ibu tidak saya anggap sebagai teguran,
melainkan memberi info. Saya tidak lagi tersinggung dengan saran-saranya. Saya semakin
tidak enak, saya janji akan memperbaiki diri agar bisa menjalankan kewajiban
sebagai seorang istri lebih baik lagi. Dan saya berusaha untuk melakukan
semuanya sendiri, agar tidak merepotkan Ibu terus.
Semoga cerita saya ini bisa memberi second opinion bagi menantu-menantu yang lain. Bahwa nggak
selamanya ibu mertua itu jahat kepada menantu perempuannya. Bahwa kita tidak
boleh berstigma terlebih dahulu kepada orang yang belum kita kenal. Semoga nanti
cerita-cerita menantu vs mertua akan berganti dengan menantu cs mertua J .
VIDEO HOT - TERBARU
BalasHapusRahasia Penis Besar
Pengalaman Sex Luar Biasa
Obat Pembesar Penis
Cara MUdah ML Gratis
Rahasia Kuat Sex Pria
Trik Dapat Cewek
Cara Puaskan Tante Girang
Hub: Pin BB 2A31CB34 / Hp: 0821 3349 1007