Sejak
tahun 1964, setiap tanggal 21 april di Indonesia diperingati sebagai hari
Kartini. Preseiden Soekarno Keputusan Presiden Republik Indonesia No.108 Tahun
1964, tanggal 2 Mei 1964, yang menetapkan Kartini sebagai Pahlawan Kemerdekaan
Nasional sekaligus menetapkan hari lahir Kartini, tanggal 21 April, untuk
diperingati setiap tahun sebagai hari besar yang kemudian dikenal sebagai Hari
Kartini. Kartini adalah seorang bangsawan, puteri dari bupati Jepara. Kartini
merupakan anak dari pasangan R.M Sosroningrat dan M.A Ngarsiah. Sebagai seorang
bangsawan, Kartini memperoleh kesempatan pendidikan. Sampai usia 12 tahun,
Kartini bersekolah di ELS (Europese Lagere School). Disana Kartini belajar
bahasa Belanda, sehingga sejak dipingit Kartini bisa melakukan korespondensi
dengan teman-temannya dari negera Belanda. Rosa Abendanon, adalah salah satu
kawan korespondensi Kartini. Melalui Rosa, Kartini banyak mengetahui kondisi
Perempuan di Eropa. Di eropa kala itu, perempuan berada dalam kondisi yang maju
berbeda dengan kondisi perempuan pribumi. Kartini merasa terpanggil untuk
memajukan perempuan pribumi, khususnya melalui pendidikan. Dengan dukungan
dari suaminya, Raden Adipati
joyoningrat, Kartini mendirikan sekolah wanita di sebelah timur pintu gerbang
kompleks kantor kabupaten Rembang. Menurut Kartini, salah satu upaya penting yang
harus dilakukan untuk meningkatkan derajat perempuan adalah melalui pendidikan.
Lalu
bagaimana dengan kondisi perempuan Indonesia saat ini? Apakah mereka memiliki
kesempatan yang sama untuk mengenyam pendidikan?. Menurut data BPS tahun 2010, Perempuan
pada umur 7−12 tahun sebanyak 95,27 persen masih sekolah, perempuan pada umur
13−15 sebanyak 85,04 persen masih sekolah. Semakin tinggi umurnya maka semakin
kecil persentase masih sekolah. Pada masa umur-umur sekolah (7−24 tahun)
sebesar 61,34 persen perempuan masih sekolah. Dengan demikian maka dapat
ditarik kesimpulan bahwa lebih dari separuh perempuan Indonesia memiliki akses
dalam bidang pendidikan.
Sebagai
salah satu perempuan Indonesia, saya merefleksikan peringatan hari Kartini untuk melanjutkan
perjuangan perempuan Indonesia,
khususnya dibidang pendidikan. Mengapa? Dengan pendidikan maka perempuan akan memperoleh
ilmu yang dapat ia gunakan untuk berparisipasi dalam kehidupan, baik itu dalam
ranah domestik maupun ranah publik. Perempuan yang terdidik akan menjadi tiang
utama dalam pembangunan suatu bangsa. Sebagai Ibu, perempuan memiliki peran yang sangat penting
dalam mempersiapkan generasi penerus bangsa agar menjadi manusia yang berilmu
sekaligus berakhlak mulia. Keluarga memiliki fungsi sosialisasi, yaitu
menanamkan nilai dan norma.
Dengan
pendidikan perempuan akan mampu meningkatkan perannya dalam masyarakat. Dengan
pendidikan perempuan akan menjadi mitra bagi laki-laki untuk menciptakan
generasi penerus bangsa yang berilmu dan berakhlak. Perjuangan perempuan tidak
harus dilakukan melalui ranah publik semata. Seorang perempuan yang memilih
sebagai Ibu rumah tangga memiliki peran yang tidak kalah penting dari perempuan
karier. Ibu yang berpendidikan akan mampu mendidik anak-anaknya agar menjadi
manusia yang berguna bagi bangsa dan negara. Bukankah keluarga adalah bagian
terkecil dari suatu masyarakat? Keluarga yang terdidik dan berakhlak akan mampu
membentuk masyarakat yang madani.
Momentum
peringatan hari Kartini marilah kita jadikan sebagai sarana peningkatan
perjuangan perempuan Indonesia untuk memperoleh pendidikan. Dimana pendidikan
itu tidak hanya didapatkan melalui bangku sekolah semata, tetapi juga
didapatkan dalam proses interaksi sosial dalam masyarakat. Bagi perempuan,
terlepas dari pilihan menjadi seorang perempuan karier ataupun seorang ibu
rumah tangga teruslah berusaha untuk meningkatkan ilmu yang dimiliki. Melalui
ilmu kita akan bisa menghasilkan sesuatu yang bernilai untuk kemajuan bangsa.
Majulah perempuan Indonesia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar