“Niatmu
Kekuatanmu”, tulisan pertama dalam buku 5 Guru Kecilku Bagian 1 karangan Teh
Kiki Barkiah langsung menohok di hati saya. Saya benar-benar merasa ditampar.
Sungguh tulisan tersebut menyadarkan saya tentang pandangan saya terhadap anak.
Selama ini saya menjadi perempuan yang terkadang lupa mensyukuri karunia Allah berupa
keturunan. Maklum karunia tersebut hadir di waktu yang menurut saya kurang
tepat. Di luar perencanaan saya, jadi kesannya karunia tersebut “mengganggu”
rencana-rencana lain saya.
Saya
menikah pada tanggal 26 Februari 2012, setelah menikah saya dan suami harus
terpisah jarak Surabaya dan Jakarta. Kami bersepakat menjalain LDR (Long Distance Relationship) sampai
kontrak perjanjian kerja saya selesai. Selama menjalani LDR kami berdua
bersepakat untuk menunda mempunyai momongan. Saya nggak sanggup bisa menjalani
kehamilan jika harus berjauhan dengan suami. Begitu pula suami, dia tidak tega
jika saya harus hamil saat sendirian merantau di Jakarta.
Juli
2012 saya kembali ke Surabaya berkumpul bersama suami, setelah terpisah jarak
selama 4 bulan. Soal momongan saya berharap bisa memilikinya di tahun pertama
setelah pernikahan kami. Saya masih ingin mendapatkan pekerjaan yang tepat saat
kembali ke Surabaya. Namun apa daya sepertinya rencana itu harus tertunda.
Sebulan setelah hidup bersama, ternyata saya positif hamil.
Jujur
saya shock saat dokter kandungan
membenarkan hasil testpack saya.
Ternyata saya benar-benar hamil. Padahal saya belum mendapatkan pekerjaan yang
tepat. Padahal kami masih belum punya rumah sendiri, masih harus menumpang di
rumah orangtua.
Tapi
suami meyakinkan saya, bahwa rencana Allah itu jauh lebih indah. Suami
meyakinkan bahwa setiap anak pasti ada rejekinya masing-masing. Saya tak perlu
risau soal pekerjaan, sebab masalah nafkah adalah tanggungjawabnya.
Maka
sejak itu saya lebih banyak menghabiskan waktu dirumah, menjadi ibu rumah
tangga. Namun di sore hari saya kembali mengajar di bimbingan belajar. Saya
yang awalnya sedikit kurang mensyukuri kandungan saya, lambat laun mulai
menerimanya dan menjalani hari-hari saya sebagai seorang ibu.
Setelah
membaca tulisan Teh Kiki, pandangan saya terhadap anak pun berubah. Dulu saya
sempat menganggap anak sebagai penghambat karir saya. Sekarang saya menyadari
bahwa anak adalah prioritas dalam hidup saya. Mendidik anak menjadi manusia
yang berguna bagi agama dan negaranya merupakan cita-cita saya saat ini, tujuan
karir yang hendak saya capai.
Setiap
hari saya akan berusaha memperbaiki niat saya. Sebab saya percaya setiap kali
kita berusaha memperbaiki niat saya, Allah akan memperbaiki keadaan hidup saya.
Ketika saya mulai lelah dan sedikit frustasi dalam menjalani peran saya sebagai
seorang ibu, saya akan mengingat kembali niat saya. Seperti yang Teh kiki
katakan, “Niatmu Kekuatanmu”.
Saya
boleh gagal dalam menggapai karir impian saya. Namun saya tidak boleh gagal
mengasuh dan mendidik anak saya. Saya ingin anak saya lebih baik dari saya.
Berguna bagi agama dan negaranya. Anakku harapanku. **
** Alhamdulillah tulisan ini dipilih sebagai salah satu pemenang oleh Teh Kiki, sehingga bisa muncul di buku 5 Guru Kecilku Bagian 2
Tidak ada komentar:
Posting Komentar