Memperkuat
Ketahanan Keluarga Muslim Sebagai Pondasi Ketahanan Nasional dalam Menghadapi
Era Globalisasi
Secara
sosiologis, keluarga merupakan lembaga sosial dasar dari semua lembaga sosial
lain yang berkembang. Dalam masyarakat manapun di dunia, keluarga merupakan
manusia yang universal dan menjadi pusat terpenting dari kehidupan individu. Menurut
Horton dan Hunt (1987), istilah keluarga umumnya digunakan untuk menunjuk
beberapa pengertian sebagai berikut : (1) suatu kelompok yang memiliki nenek
moyang yang sama; (2) suatu kelompok kekerabatan yang disatukan oleh darah dan
perkawinan; (3) pasangan perkawinan dengan atau tanpa anak; (4) pasangan nikah
yang mempunyai anak; dan (5) satu orang entah janda atau duda dengan beberapa
anak.
Sebagai
sebuah lembaga sosial, keluarga memiliki seprangkat aturan atau nilai-nilai
yang harus dipatuhi oleh semua anggotanya. Keluarga juga memiliki beberapa
fungsi. Pertama, fungsi hubungan seksual. Keluarga adalah tempat bagi
masyarakat untuk mengatur dan mengorganisasikan keinginan seksual. Kedua¸fungsi
reproduksi. Manusia harus melanjutkan keturunan untuk melanggengkan spesiesnya.
Untuk memperoleh keturunan, individu harus membentuk keluarga yang sah sesuai
aturan agama, hukum dan adat istiadat yang dimiliki. Ketiga, fungsi
sosialisasi. Keluarga merupakan agen sosialisasi primer dalam pembentukan
kepribadian individu.
Keempat,
fungsi afeksi (kasih sayang). Keluarga sebagai tempat individu untuk memperoleh
kasih sayang. Kelima, fungsi pemberian status. Status seorang anak berhubungan erat dengan
status orangtuanya. Status dalam keluarga tidak hanya berkaitan dengan jenis
kelamin maupun usia, melainkan juga berkaitan dengan kelas sosial yang
dimiliki.
Keenam,
fungsi proteksi (perlindungan). Bentuk perlindungan yang didapat dari keluarga
adalah perlindungan fisik (keamanan), perlindungan ekonomi, perlindungan dari
lapar dan haus, serta memberikan rasa tenang dan hiburan ketika bersedih. Ketujuh,
fungsi ekonomi. Keluarga adalah unit ekonomi terkecil. Keluarga memenuhi
kebutuhan materi semua anggotanya. Dalam keluarga terjadi pembagian kerja untuk
memenuhi kebutuhannya.
Dalam
islam keluarga merupakan tumpuan yang utama dan pertama dalam mempersiapkan
generasi penerus peradaban. Setiap individu yang berkeluarga pasti mendambakan
keluarga yang sakinah. Keluarga sakinah adalah keluarga yang mampu memberikan
ketenangan, ketentraman dan kesejukan yang dilandasi oleh iman dan taqwa, serta
dapat menjalankan syariat Islam dengan sebaik-baiknya.
Setiap
keluarga muslim berkewajiban memperkuat ketahanan keluarganya masing-masing.
Allah berfirman : “Wahai orang-orang yang beriman ! peliharalah dirimu dan
keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu;
penjaganya malaikat-malaikat yang kasar dan keras, yang tidak durhaka kepada Allah
terhadap apa yang Dia perintahkan kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang
diperintahkan“ (at-Tahrim : 6).
Ketahanan keluarga adalah konsep dalam menjaga kehidupan rumah tangga islami
dari nilai-nilai liberalisasi dan sekuler yang dapat mengancam eksistensi
keluarga tersebut dalam mengamalkan nilai-nilai yang islami.
Era
globalisasi yang terjadi saat ini banyak yang mempengaruhi ketahanan keluarga
muslim. Ada beberapa faktor yang melatarbelakangi lemahnya ketahanan keluarga
muslim. Pertama, lemahnya komitmen terhadap nilai-nilai keislaman. Nilai-nilai
keislaman adalah pondasi dalam membangun ketahanan keluarga. Rendahnya pengetahuan akan nilai-nilai yang
islami membuat komitmen terhadap nilai keislaman menjadi rendah. Akibatkan
ketahanan keluarga akan mudah rapuh. Kedua, sikap hidup yang matrealistis.
Kehidupan yang lebih mementingkan materi membuat orangtua hanya berpikir untuk
mencari uang yang banyak. Anak hanya dicukupi secara materi namun mengabaikan
aspek kasih sayang dan perhatian. Akibatnya anak banyak mencari perhatian di
luar rumah, sehingga cenderung melakukan perilaku menyimpang.
Ketiga,
berkembangnya nilai-nilai jahilliyah yang dapat dengan mudah diakses melalui
kemajuan teknologi yang terjadi saat ini. Nilai tersebut akan mudah diserap
jika pondasi nilai-nilai keislaman keluarga rendah. Keempat, minimnya
komunikasi antar anggota keluarga. Tuntutan ekonomi terkadang membuat kedua
orangtua harus bekerja. Kesibukan dalam bekerja seringkali membuat komunikasi
antar anggota keluarga terhambat. Komunikasi yang terjadi lebih banyak yang
bersifat sekunder, yaitu menggunakan alat-alat komunikasi seperti smart phone.
Padahal komunikasi primer antar anggota keluarga akan lebih meningkatkan
keharmonisan keluarga. Kelima, Lemahnya tarbiyah ’ailiyah (pembinaan keluarga). Tanpa adanya pembinaan
keluarga maka ketahanan keluarga adalah hal yang mustahil untuk dicapai.
Ketahanan
keluarga dapat dicapai bila mampu memenuhi lima aspek, sebagai berikut:
1.
Kemandirian Nilai
Langkah
pertama yang harus dipenuhi untuk mencapai ketahanan keluarga muslim.
Kemandirian nilai,khususnya nilai-nilai islami mampu membentengi anggota
keluarga dari perilaku hedonis dan liberalis. Orangtua menjalankan fungsi
sosialisasinya berdasarkan nilai-nilai islam. Bila anak sudah memiliki pondasi
nilai-nilai islam yang kuat, maka ia tidak akan mudah terpengaruh nilai-nilai
negatif yang datang akibat globalisasi.
2.
Kemandirian Ekonomi
Sandang,pangan,
dan papan adalah hal mendasar yang harus dipenuhi dalam keluarga. Dalam islam
seorang ayah berkewajiban untuk mencari nafkah yang halal bagi keluarganya,
sebab nafkah yang haram bisa memberikan dampak yang negatif bagi anak. Orang
tua harus benar-benar menjamin bahwa makanan yang dia berikan kepada anaknya
100 % halal. Sedikit saja tercampur dengan yang haram maka anak akan merasakan
akibat buruknya. Darahnya terkontaminasi haram, dagingnya tersusun dari zat
haram maka hatinya akan tertutup dari rahmat Allah. Doanya tidak akan didengar
oleh Allah swt.
Dari
Abu Hurairah ra, Rasulullah saw bersabda;
“Wahai
sekalian manusia, sesungguhnya Allah itu Maha Baik dan tidak menerima kecuali
yang baik. Sesungguhnya Allah memerintahkan kaum mukminin dengan perintah yang
juga Dia tujukan kepada para rasul, “Hai rasul-rasul, makanlah dari makanan
yang baik-baik, dan kerjakanlah amal yang saleh. Sesungguhnya Aku Maha
Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” dan Dia juga berfirman, “Hai orang-orang
yang beriman, makanlah diantara rezeki yang baik-baik yang Kami berikan kepadamu
dan bersyukurlah kepada Allah, jika benar-benar kepada-Nya kamu menyembah.”
Kemudian beliau menyebutkan seseorang yang letih dalam perjalanannya, rambutnya
berantakan, dan kakinya berpasir, seraya dia menengadahkan kedua tanganya ke
langit dan berkata, “Wahai Rabbku, wahai Rabbku.” Padahal makanannya haram,
minumannya haram, pakaiannya haram, dan dia diberi makan dari yang haram, maka
bagaimana mungkin doanya akan dikabulkan.” (HR. Muslim)
3.
Kesalehan Sosial
Kesalehan
Sosial menunjuk pada perilaku orang-orang yang sangat peduli dengan nilai-nilai
islami, yang bersifat sosial. Bersikap santun pada orang lain, suka menolong,
sangat perhatian terhadap masalah-masalah ummat, memperhatikan dan menghargai
hak sesama, mampu berpikir berdasarkan perspektif orang lain, mampu berempati,
artinya mampu merasakan apa yang
dirasakan orang lain, dan seterusnya.
Kesalehan
sosial mampu mewujudkan keseimbangan antara hubungan vertikal kepada Allah SWT
yang disebut dengan “hablum minallah”, dan hubungan horizontal kepada sesama
manusia dan alam sekitarnya yang disebut dengan “hablum minannas”.
4.
Ketangguhan Menghadapi konflik
Menurut
Gillin dan Gillin konflik adalah bagian dari proses interaksi sosial manusia
yang saling berlawanan. Artinya, konflik adalah bagian dari proses sosial yang
terjadi karena adanya perbedaanperbedaan baik fisik, emosi, kebudayaan, dan
perilaku. Atau dengan kata lain konflik adalah salah satu proses interaksi
sosial yang bersifat disosiatif.
Tidak
ada masyarakat yang tidak pernah mengalami konflik. Keluarga sebagai bagian
dari masyarakat pun tidak luput dari konflik. Bentuk konflik yang terjadi dalam
keluarga misalnya konflik antara suami dan istri serta konflik antara orangtua
dan anak. Keluarga yang mampu menghadapi konflik akan menjadi keluarga yang
tangguh. Konflik yang mampu diselesaikan dengan baik akan memberikan dampak
yang positif, antara lain mampu meningkatkan solidaritas ingroup dan
memunculkan nilai-nilai baru yang semakin mendorong terciptanya integrasi dalam
keluarga.
5.
Kemampuan Menyelesaikan Masalah
Seringkali
apa yang kita harapkan berbeda dengan apa yang terjadi, disitulah muncul yang
namanya masalah. Bila terjadi masalah dalam keluarga maka yang seharusnya yang
dilakukan adalah menghadapinya. Keluarga muslim harus meyakini bahwa setelah
kesukaran pasti ada kemudahan. Masalah yang menimpa keluarga tidak boleh
dihadapi dengan putus asa, sebab putus asa adalah salah satu dosa. “Dosa besar
yang paling besar adalah menyekutukan Allah, merasa aman dari makar Allah,
putus asa terhadap rahmat Allah, dan putus harapan terhadap kelapangan dari
Allah.” (Hadis hasan sahih; diriwayatkan oleh Ath-Thabrani dalam Al-Mu’jam
Al-Kabir; lihat Majma’ Az-Zawaid, juz 1, hlm. 104; kutip dari muslimah.or.id).
Bila
kelima aspek tersebut dapat dipenuhi, maka ketahanan keluarga akan tercapai.
Ketahanan keluarga yang baik akan memberikan pengaruh yang positif dalam
kehidupan masyarakat. Nilai-nilai islami yang menjadi pondasi ketahanan
keluarga akan mampu menangkal nilai-nilai liberal yang tidak sesuai dengan jati
diri bangsa. Jati diri bangsa Indonesia tidak akan luntur akibat gempuran
modernisasi. Ideologi islam dan pancasila mampu berjalan beriringan dan
bekerjasama untuk memperkuat ketahanan nasional.
Aspek
ideologi meruapak salah satu aspek yang harus dipenuhi dalam mencapai ketahanan
nasional. Penguatan ketahanan nasional bisa dilakukan mulai dari penguatan
ideologi suatu bangsa. Jika semua warga Negara Indonesia memiliki ideologi
pancasila sebagai pandangan hidup, maka proses penguatan ketahanan nasional
akan tercapai. Indonesia akan mampu menghadapi gempuran globalisasi tanpa harus
kehilangan jati diri bangsa.
Oleh
karena itu hal yang pertama kali harus dilakukan dalam mencapai ketahanan
nasional adalah menciptakan ketahanan keluarga. Keluarga adalah bagian terkecil
dari suatu masyarakat yang dapat memberikan pengaruh yang signifikan. Jika
keluarga kuat maka Negara akan hebat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar