NHW 3 :
MEMBANGUN PERADABAN DARI DALAM RUMAH
Bismillah
Mengungkapkan
rasa cinta bukanlah ha lasing bagi saya. Saya sering mengungkapkan rasa cinta
kepada suami. Baik secara langsung atau melalui pesan lewat WA ataupun BBM.
Sebenarnya saya yang selalu inging menerima surat cinta dari suami, eh kok
ternyata saya yang harus mengirim surat cinta padanya. Inginnya sih nulis
tangan, tapi apa daya sepertinya waktu dan kondisi tidak memungkinkan. Alhasil
saya kirim surat cinta melalui pesan WA. Pesan saya lumayan panjang, dan
seperti biasa suami membalas secara singkat. Balasannya “Alhamdulillah, aku
mencintaimu karena Allah” ditambahi emoticon yang menunjang perasaannya. Hmm
begitulah suami saya, dia memang kesulitan bila harus mengungkapkan perasaannya
dengan kata-kata. Rasa cintanya lebih sering berwujud perbuatan.
Setiap
malam, ketika berada disampingnya sebelum tidur saya selalu mengungkapkan rasa cinta padanya. Saya selalu suka memandang
wajahnya ketika dia sudah terlelap. Setiap memandang wajahnya saya selalu
merasa jatuh cinta lagi padanya. Lelapnya menunjukkan betapa setiap hari dia
berjuang tanpa lelah mencari rezeki yang halal bagi keluarga kami.
Berikut
ini adalah potensi yang dimiliki oleh suami saya, yang membuat saya selalu
bersyukur dan selalu jatuh cinta padanya. Dimata saya suami saya itu :
1.
Konseptor terbaik, suami saya adalah imam yang baik bagi keluarga. Dia sudah
memikirkan kemana arah rumahtangga kami. Dia membangun keluarga kami
berdasarkan syariat yang diharuskan.
2.
Suami penyayang, suami saya adalah suami penyayang atau istilah kerennya family man. Selalu mengutamakan
kepentingan keluarga dibandingkan kepentingan pribadi. Dia akan selalu berusaha
memberikan yang terbaik bagi keluarganya.
3.
Perfeksionis,terkadang sering terjadi pertengkaran bila berkaitan dengan sikap
perfeksionisnya ini. Dia selalu total bila mengerjakan sesuatu. Bila satu
pekerjaan belum selesaikan secara sempurna, dia tidak akan beranjak mengerjakan
yang lainnya. Mencapai kesempurnaan memang membutuhkan waktu yang tidak
sebentar, ini membuat saya tidak sabar, dan ini yang jadi penyebab
pertengkaran, he he he.
4.
Ayah yang baik, suami saya adalah partner terbaik dalam mengasuh dan mendidik
anak-anak. ketika anak pertama lahir, dia sudah cekatan dalam memandikan bayi.
Saya saja baru berani memandikan anak ketika sudah berusia dua bulan. Setiap
malam selalu membantu mengganti popok anak. menemani saya pumping ASI di malam hari. Telaten bila harus memandikan atau
menyuapi anak-anak.
5.
Taat aturan, sebagai seorang sarjana hukum suami saya tentu paham dengan aturan
dan bagaimana harus menaati aturan. Dalam menjalani pekerjaan sebagai seorang
PNS dia selalu taat pada aturan. Menghindari penyalahgunaan jabatan yang
disandangnya. Alhamdulillah dia selalu memegang teguh prinsip bahwa hanya akan
memeberikan rezeki yang halal bagi keluarganya.
Potensi
Chacha (3 Tahun 6 Bulan)
Dissa
Zahra Firdausi atau yang biasa kami panggil Chacha, adalah sulung kami yang
sangat luar biasa. Banyak potensi yang dimilikinya, yang selalu membuat kami
bersyukur memilikinya.
1.
Mandiri, diusianya sekarang Chacha memiliki kemandirian yang kuat. Tidak
sekedar bisa mengganti pakaian atau makan sendiri. Tetapi dia juga mandiri
dalam mengambil keputusan-keputusan yang penting dalam kehidupannya. Di usia 2
tahun kami sudah mulai mengajrkan toilet
training padanya. Namun tak kunjung berhasil. Tetapi ketika menjelang usia
3 tahun, dia memutuskan tidak mau pakai popok lagi. Dan hanya dengan 3 hari
setelah keputusannya itu dia sudah tidak pakai popok dan tidak pernah
mengompol. Saya masih terus memberikan ASI padanya walaupun sudah lebih dari 3
tahun, bahkan sempat tandem nurshing saat
adiknya lahir. Dan baru dua bulan kemarin, dia menyapih dirinya sendiri. Dia
yang memutuskan bahwa sekarang dia sudah tidak mau menyusu lagi. Dan ketika dia
berusia 3 tahun, ia mau bersekolah. Dia minta sendiri kalau dia ingin sekolah.
Kami tidak pernah memaksanya.
2.
Suka Belajar, dari usianya 6 bulan saya sudah memperkenalkan buku padanya.
Bukan untuk mengajarinya membaca, tapi untuk mendongenginya. Sampai sekarang
dia selalu antusias dengan buku. Suka belajar melalui berbagai buku yang kami
sediakan di rumah. Bahkan tak jarang kami melakukan percobaan sains sederhana,
dan dia selalu antusias melalukukan percobaan tersebut.
3.
Kecerdasan berbahasa yang tinggi, Chacha sudah bisa berbicara lancar sejak usia
1 tahun. Dan ketika usianya sekarang begitu banyak kosa kata yang dimilikinya.
Bahkan tidak jarang dia bisa bercerita di muka umum.
4.
Memiliki rasa ingin tau yang tinggi, Chacha selalu merasa kepo untuk hal-hal
yang ditemuinya. Tak pernah berhenti bertanya terhadap hal baru yang
dihadapinya. Kadang saya sampai kehabisan akal untuk menjawab
pertanyaa-pertanyaannya.
5.
Aktif, Chacha adalah anak yang sangat aktif. Dia tidak pernah berhenti
bergerak, mungkin diamnya kalau lagi tidur aja, he he. Selalu antusias dengan
segala aktivitas yang berbau fisik. Bahkan setiap acara senam pagi
disekolahnya, dia sering mendapat bintang dari gurunya, karena paling aktif
bergerak.
Potensi
Aluna (7 Bulan)
Aluna
Zahra Firdausi, puteri kedua kami ini berusia 7 bulan. Diusia yang baru tujuh
bulan perkembangannya sudah pesat, dan kami begitu bersyukur dan bahagia
mengamati setiap perkembangan yang dia capai.
1.
Tenang, berbeda dengan Chacha, Aluna ketika di awal kelahirannya tidak pernah
membuat kami begadang di malam hari. Dia tidak pernah rewel di malam hari.
Kalaupun menangis itu hanya karena kami harus mengganti popok ataupun dia ingin
ASI. Jarang menangis.
2.
Kecerdasan Bahasa, walaupun belum bisa bicara secara jelas, sejak usia 4 bulan
dia sudah aktif mengoceh. Sekarang kata-kata yang bisa dia ucapkan, “Ndaa”,
“Maaa” “Haaa” “Maem”,, he he membuta kami gemas melihat kelucuannya saat
mengoceh.
3.
Suka tersenyum, saya benar-benar merasakan dampak positif IMD (Inisiasi
Menyusui Dini), Aluna menjadi lebih tenang dan jarang menangis. Dia sering
tersenyum . bayi yang murah senyum.
Potensi
Saya
Sudah
3 tahun 6 bulan saya menjalani profesi sebagai seorang ibu. Alhamdulillah kami
sudah dikaruniai dua puteri yang cantik dan cerdas. Saya memang bukan ibu yang
sempurna, tapi saya selalu berusaha belajar agar mampu menjalani peran saya
sebagai ibu dengan baik. Berikut adalah potensi yang saya miliki :
1.
Jujur, saya selalu jujur dan terbuka kepada suami. Bagi saya suami adalah teman
curhat utama, tidak ada hal yang saya sembunyikan dari suami.
2.
Suka belajar, saya adalah orang yang haus ilmu. Sejak menjadi seorang ibu, saya
tertarik dengan hal-hal yang berhubungan dengan peran saya sebagai ibu. Ilmu
tentang ASI dan parenting adalah hal yang saya tekuni saat ini. Saya sering
membaca dua buku yang berkaitan dengan kedua topik tersebut. Bahkan saat ini
saya juga bergabung menjadi pengurus dua organisasi yang berkaitan dengan dua
hal tersebut. Saya aktif di AIMI (Asosiasi Ibu Menyusui Indonesia) cabang Jawa
Timur dan IIP (Institut Ibu Profesional) Surabaya Raya. Selain dari buku, saya
juga belajar melalui berbagai kegiatan komunitas yang berhubungan dengan ASI
dan parenting.
3.
Konseptor ulung, sejak dulu saya terkenal sebagai orang yang pandai membuat
rencana. Bahkan saya selalu menyiapkan plan
A, plan B tak jarang sampai plan C,
he he he. Saya sudah siap dengan berbagai kemungkinan yang bisa terjadi.
Potensi Lingkungan
Alhamdulilah
sejak bulan Ramadhan tahun ini kami sudah menempati rumah sendiri. Berhenti
menjadi kontraktor, he he he. Saya suka dengan lingkungan rumah kami.
Kebanyakannya kedua orangtua bekerja. Banyak ibu yang menjadi wanita karir, ini
yang membuat lingkungan kami bersi dari forum gossip. Terus terang saya tidak
suka dengan lingkungan yang ibu-ibunya sering ngumpul untuk bergosip, he he.
Saya buka tipe orang yang sering nonggo.
Ibu-ibu
baru berkumpul saat ada kegiatan PKK, ini lebih produktif. Berkumpul untuk
kegiatan positif. PKK dilingkungan kami sangat aktif. Ibu-ibu PKK juga aktif
mengelola posyandu, taman toga bahkan kami punya bank sampah.
Lingkungan
kami juga memiliki kegiatan pengajian yang rutin dilakukan. Bapak-bapaknya juga
rutin bertemu untuk membahas program kampong bersama.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar